Kelimutu, Sang Tiga Warna Penaung Lio

Riuh tepuk tangan wisatawan mengiringi letupan cahaya sang pengalawal hari. Perlahan pandangan gelap dan dingin tersibak, bertransformasi menjadi hangat dan penuh warna. Cahaya semburat jingga menghiasi keelokan tosca dan coklat kawah Kelimutu.
Salah Satu Sisi Danau Kelimutu
Pengunjung Nampak Mendekati Sisi Kawah Kelimutu


Pagi ini berbeda dengan pagi-pagi sebelumnya. Jagawana terlihat sibuk hilir mudik, tenda-tenda terpasang disekitar area parkir menandakan aka nada perhelatan. Suara berisik khas handytaklie tak mampu membendung kicau merdu penghuni hutan Kelimutu. Hembusan angin lembah menggoyang dedaunan yang saling bergesek menjadi pengiring harmonis lantunan merdu burung arwah.

Agus da Silva adalah seorang vulkanologist yang saya temui di tempat sunrise tadi. Beliau mengabdikan diri untuk mengamati aktifitas kegunungapian di wilayah Flores. Beberapa tahun belakangan, beliau lebih difokuskan untuk menjadi “kuncen” dari gunung Kelimutu. Keramahan beliau membuat saya betah melawan hawa dingin untuk mendengarkan cerita beliau. Mullai dari legenda yang tersirat di ketiga kawah Kelimutu, hingga beberapa peristiwa vulkanis yang telah di alami Kelimutu.
Pak Agus Bercerita Tentang Kelimutu
Menurut Pak Agus, pada tahun 1980 Guruh Soekarno Putra pernah berkunjung ke Kelimutu. Beliau tertegun dengan keindahan danau vulkanik Tri Warna ini. Pak agus bertutur, “Pak Guruh pernah meramalkan kelak kawah Kelimutu ini akan menjadi penanda peristiwa besar yang akan dialami bangsa Indonesia”.  Semenjak itu beberapa aktifitas Kelimutu dikaitkan dengan kejadian nasional. Gempa dan tsunami Maumere tahun 1992, terjadi setelah Kelimutu mengalami 100 kali gempa local dalam sebulan. Tahun 1997 menjelang krisis moneter yang menerpa Indonesia, air kawah mengalami surut 3-5 meter. Kemudian tahun 1998 ketika mahasiswa berhasil menggulingkan pemerintahan Soeharto, warna kawah Tiwu Nuamuri Koofai (kawah bagi kaum muda-mudi) berubah putih.

Alat komunikasi Pak Agus berbunyi, menandakan beliau harus segera mengakhiri ceritanya dan melanjutkan tugas beliau menuju area parkir. Hari ini adalah penutupan festival Kelimutu dimana upacara Pati Ka akan menjadi runtutan teratas dalam rangkaian penutupan acara tahunan ini. Pati Ka atau lengkapnya Pati Ka Du’a Bapu Ata Mata merupakan ritual masyarakat Lio berupa pemberian makan kepada Arwah. Masyarakat Lio percaya bahwa arwah orang yang meninggal akan bersemayam diketiga danau itu tergantung dari perbuatannya selama hidup di dunia.
Para Mosalaki Duduk Melingkar
Mosalaki Kehormatan - Bupati dan Wabup Kabupaten Ende

Tarian Penyambutan Mosalaki Kehormatan
Alat Musik yang Mengiringi Penyambutan Mosalaki Kehormatan

Upacara Pati Ka dipimpin para Mosalaki atau tetua adat dari suku-suku yang berada disekitar Kelimutu. Hari ini, sebagai Mosalaki kehormatan, hadir Bapak Bupati Ende. Nantinya beliu yang akan memulai ritual ini. Para Mosalaki berkumpul disebuah bale adat bundar, duduk melingkar dengan Mosalaki kehormatan berada pada poros lingkaran. Ritual adat penyambutan di dendangkan dalam bahasa Lio. Keras, tegas, dan sarat makna namun lembut menyambut, kira-kira seperti itu tergambar dalam benak penonton yang tidak paham dengan bahasa Lio.
Mosalaki Bergerak Menuju Lokasi Upacara
Wisatawan Asing Mengabadikan Momen Pati Ka

Mosalaki mulai beranjak satu-persatu, secara acak dan tanpa aba-aba, berbaris memanjang. Mosalaki kehormatan berada pada barisan terdepan. Suara gong kecil menggema beriring dengan derap langkah para tetua adat. Menapaki setiap anak tangga, menembus hutan, menghempas kabut. Bak tersibak oleh kedatangan para Mosalaki, kabut berangsur hilang dan berganti cerah biru tanpa awan.

Sebuah area di dekat danau telah disterilkan lengkap dengan tali pembatas, agar ritual dapat dilakukan dengan khusyuk. Sesajen diletakan satu-persatu di atas batu. Mosalaki utama memimpin proses ritual ini, para Mosalaki berbaris melingkar mengelilingi sesajen. Syair-syair Lio yang nyaring tetapi merdu mulai didendangkan, para Mosalaki mulai berhuyun melakukan gerakan Gawi (tarian sakral masyarakat Lio). Suasana mistis menyeruak, tarian Gawi yang gerakannya menghentak tanah serasa ikut menggetarkan hati setiap orang yang berada di dekatnya. Ritual ini diakhiri dengan makan bersama oleh para Mosalaki.

Mosalaki Menuju Tempat Meletakan Sesajen
Gawi Dilakukan Oleh Para Mosalaki

Kabut kembali menyeruak, menghampiri setiap lekuk lereng gunung Kelimutu, mengubah cerah biru menjadi kelam abu-abu. Seakan-akan para arwah menerima ritual para Mosalaki dan ikut turun menikmati sesajen yang dipersembahkan. Iring-iringan Mosalaki beriring turun meninggalkan tempat ritual.

Tradisik Pati Ka telah berlangsung turun-temurun sedari kawah Kelimutu ada. Tak dipungkiri hal ini ikut menggambarkan bagaimana cara masyarakat Lio memberlakukan alam melalui kepercayaannya kepada leluhur yang menaungi Kelimutu. Dari sinilah tercipta kearifan lokal yang secara tak langsung ikut menjaga kelestarian alam Kelimutu. Kelimutu melalui ketiga kawahnya selalu memberi warna berbeda disepanjang perjalanan hidup manusia. Sepanjang perjalanan saya tak hentinya mendendangkan lagu Mystical Kelimutu dari Ivan Nestorman. Kelimutu memang indah, mistik, dan unik, persis seperti yang tersirat dari setiap lirik lagu musisi Jazz asli Flores tersebut.


Tips :
- Untuk sampai di Kelimutu, anda dapat memilih penerbangan dari Bali - Ende. Setelah itu anda dapat melanjutkan perjalanan menuju Kelimutu dengan mobil sewaan atau angkutan umum seperti travel atau bus colt menuju desa Moni. Dari Desa Moni anda dapat menyewa Ojek menuju Danau.

- Untuk penghobi fotografi, datanglah lebih pagi antara jam 3-4 dini hari. Sunrise di puncak Kelimutu sangat indah. Tripod adalah perlengkapan wajibnya, sedangkan filter gradual adalah optional.

- Festival Kelimutu adalah acara rutin yang diselenggarakan setiap tahun. Datanglah sekitar bulan Agustus (sekitar tanggal 14). Festival Kelimutu biasanya diikuti dengan rangkaian kegiatan lain yang diadakan di Kota Ende.


Komentar

  1. wah, tidak hanya pemandangan alamnya saja yang indah, tapi kebudayaannya juga menakjubkan...

    BalasHapus
  2. silahkan @Longlasting Trip, terimakasih telah berkunjung

    BalasHapus
  3. Bagus dn tambah bagus kota ende sare.....kampung dn.kota kelahiran ku.......

    BalasHapus
  4. Bulan apa kalau mau dapat upacara Pati Ka atau upacara sejenis ini bli Pande... sepertinya sayang dilewatkan acara seperti ini

    BalasHapus

Posting Komentar